Posted in Review, Travel

Review : Ke Sydney dengan Qantas

Pengalaman pertama kali naik Qantas jauh dari mengecewakan. Standar servis yang mengagumkan sejauh ini masih dipegang JAL berdasarkan pengalaman diikuti Qatar. Qantas sedikit mendekati Qatar.

Waktu berangkat jam 7 malam, flight on time dan smooth landing dan take off. Sehari sebelumnya sudah rekues menu halal baik dewasa maupun anak. Hanya pernah sekali rekues menu anak waktu naik Qatar 2017 dan ngga pernah lagi setelahnya. Terlalu hambar buat bisa dinikmati.

Pesawat pergi cukup penuh dan sempit. Makan malam sekali, snack kecil satu kali dan snack sebelum landing satu kali dan selama 7 jam penerbangan, kru kabinnya cukup aktif menawarkan minuman selama penerbangan.

Proses check in untuk penerbangan pulang di Sydney smooth sekali. Prosesnya dilakukan di mesin seperti self check in mulai dari scan paspor sampai memasukan bagasi dilakukan secara mandiri. Menyenangkan sekali, buat yang masih muda dan gampang ngerti. Buat yang lebih tua agak sakit kepala sehingga petugasnya tetap harus standby.

Waktu pulang, jadwal awal jam 13.55 waktu Sydney tapi delay sekitar sejam setengah.

Di pesawat pulang jauhh lebih menyenangkan. Pesawat lebih kosong, kami dapat duduk middle seat yg konfigurasi 3 meskipun agak belakang (di depan semua baris tengah konfigurasi 4). Pak dokter pindah ke window seat di sebelah selama penerbangan.

Mungkin karena penerbangannya siang, makanan ngga berhenti diberikan. Dari awal air mineral dan kacang, lalu makan siang, kemudian cookie, eskrim, kacang lagi, ngga berapa lama datang coklat, lalu terakhir sebelum landing datang pie dan apel. Cookie dan es krimnya enak sekali.

(Ini ditulis di dalam pesawat ketika snack halal sudah dibagikan. Setelah berapa lama, kereta makan datang untuk membagikan snack ke penumpang lain dengan minuman, dikasih lagi satu kotak berisi 4 biji samosa, subhanallah).

Memang yang namanya manusia suka ngelunjak. Setelah abis satu bungkus jcookie yang buat saya enak banget, waktu ke kamar mandi kepikiran buat nanya ke pantry mungkin mereka punya sisa. Tapi batal karena malu. Setelah dikasih sekotak samosa lagi, akhirnya coba nanya. Kalo ngga nanya jawabannya selalu tidak. Tanya ke salah satu pramugari apa masih bisa dapat cookie ini satu lagi dan dia jawab sudah habis. Baiklah.

Tapi sedetik kemudian, dia jawab lagi,

Asking won’t hurt indeed.

“Wait, hang on, hang on,” lalu dia jalan mundur ke kursi depan dan nanya ke salah satu penumpang. Satu bungkus cookie dari penumpang tersebut berpindah tangan.

Salah satu keuntungan rekues makanan halal sebelum penerbangan, makanan kami selalu datang duluan. Sehingga ketika penumpang lain masih menunggu makanan datang (dan kelaparan) kami sudah selesai makan. Buat saya cukup enak makanannya, setidaknya piring saya lumayan bersih. Flight pergi nasi rendang dan sayur, flight pulang nasi, ayam lemon butter dan buncis. Tapi, saya emang ngga repot soal makan.

Bersyukur waktu pemilihan tiket antara naik SQ atau Qantas dengan sekitar 2,5 juta perbedaan akhirnya tetap pilih Qantas karena dua alasan : tidak ada transit dan bagasi yang lebih banyak.

Transit di Changi ngga jelek sebenarnya, cuma untuk jarak dekat seperti ini, transit kurang menguntungkan karena hanya menambah lama durasi perjalanan. Terutama pas pulang. Selesai traveling yang diinginkan cuma segera sampai rumah sesegera mungkin. Kurang menyenangkan ketika pulang masih harus turun naik pesawat lagi kalo ada pilihan lain. Sedangkan untuk bagasi, SQ hanya kasih 20kg, sedangkan Qantas 30kg.

Pilihan entertainmentnya juga sangat beragam. Jenis film anak juga cukup banyak. Saking banyaknya, film yang sudah disimpan di ipad anak ngga tersentuh sama sekali karena dia sibuk nonton apapun yang ada di layar depan.

Secara keseluruhan, naik Qantas buat ke Australia sangat menyenangkan.

Oh, setelah dengar beberapa kali petunjuk keselamatan, cara pengucapannya ternyata bukan ‘Kantas’ tapi ‘Kuantas’.

Unknown's avatar

Author:

Pas special, J'ai seulement besoin de beaucoup de privee

Leave a comment